My BLoglist

YAYASAN MARHAMAH JAKARTA

Santri yayasan marhamah jakarta mendapatkan bantuan dari Emirat Arab

YAYASAN MARHAMAH JAKARTA

Santri yayasan marhamah liburan di SNOWBAY_TMII. Dalam rangka promosi SNOWBAY

YAYASAN MARHAMAH JAKARTA

Santri yayasan marhamah berlibur ke ragunan

YAYASAN MARHAMAH JAKARTA

Untuk mengisi waktu istirahat sekolah, santri marhamah melaksanakan shalat dhuha berjamaah

YAYASAN MARHAMAH JAKARTA

VIDEO KEGIATAN

Kegiatan anak asuh yayasan marhamah disore hari, mereka akan mengisi waktunya dengan bermain bersama ditempat yang telah disediakan. Senyum-senyum mereka akan mengembang bersama permainan-permainan mereka.

ANTARA PEMIMPIN DAN PENGUASA

Antara Pemimpin dan Penguasa

Tidak ada kata presiden atau pemilu dalam Alquran. Tetapi, pasti, bukan berarti Alquran tidak mengaturnya. Dalam konteks politik kita, misalnya, kata presiden dalam Alquran disebut dengan dua kata yang artinya sama, tapi secara substansial maknanya berbeda. Dua kata itu adalah khalifah dan imam. Dalam bahasa Indonesia, arti kedua kata itu sama: pemimpin atau penguasa. Tetapi secara substansial, maknanya berbeda. Kata khalifah berakar dari kata khalafa. Artinya, menunjuk pada seseorang yang berada 'di belakang'. Itulah sebabnya mengapa khalifah dimaknai sebagai seseorang yang menggantikan tokoh yang ada 'di depan' (pendahulunya).

Sedangkan kata imam adalah orang yang ada 'di depan.' Kata ini sering dimaknai sebagai tokoh teladan: terdepan dalam segala laku kebaikan, santun, terpuji, bermoral tinggi, bijaksana, rendah hati, dan paling utama dalam iman dan takwa. Kata khalifah masih dibagi lagi dalam bentuk tunggal dan jamak. Dalam bentuk tunggal, misalnya, dapat ditemukan dalam al-Baqarah ayat 30: ''Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi'.'' Dalam bentuk jamak, khalaif, disebut empat kali dalam Alquran, dan khulafa disebut tiga kali. Kata imam dalam Alquran disebut tujuh kali, dan istimewanya, makna dan konteksnya tidak sama. Tulisan ini merujuk pada imam sebagai tokoh keagungan, tokoh segala tokoh yang dijadikan suri teladan bagi keturunannya dan seluruh umat manusia, yaitu Nabi Ibrahim.

''Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu (Ibrahim) imam bagi seluruh manusia.'' (QS 2: 124). Ibrahim menjadi pemimpin (imam) langsung dari Allah, bukan melalui proses musyawarah (demokrasi atau pemilu). Begitu pula Nabi Muhammad SAW, yang seperti halnya Ibrahim, sebenarnya bisa memainkan peran penguasa dengan kekuasaan luar biasa besar, tapi lebih memilih menjadi 'pemimpin' saja. Dalam konteks politik, secara sederhana, pemimpin itu bisa presiden dan penguasa biasanya adalah raja. Namun, tak sedikit presiden yang memainkan peran sebagai penguasa. Bahkan, penguasa tunggal yang kekuasaannya tak bisa dikontrol oleh rakyat. Pemimpin dan penguasa itu dua jabatan, dua tipe, dua amanat yang sering bertolak belakang.

Menurut tafsiran sederhana Emha Ainun Nadjib, penguasa mengelola kekuasaan dirinya atas banyak orang, sedangkan pemimpin mengelola cinta dan sistem penyejahteraan. Namun secara umum, KH Azhar Basyir dan Prof Dr Quraish Shihab menyimpulkan: Alquran menyebut pemimpin (khalifah) adalah, ''Orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi ini, niscaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf (baik) dan mencegah perbuatan yang munkar.'' (Al-Hajj: 41). Makna sepotong ayat itu luas sekali, menyangkut kewajiban menjalin hubungan kepada Allah, dengan masyarakat, alam semesta, berbuat baik, mencegah keburukan -- baik menurut agama, sosial, politik, maupun budaya. Benar, pemimpin seperti inilah yang seharusnya kita pilih untuk memimpin negara dan bangsa ini. (EH Kartanegara) sumber : republika

kunjungi juga web kami:
http://web.marhamah.com 
Bagi Anda yang berminat silahkan salurkan sedekah Anda untuk Program kembali ke sekolah  melalui :
Bank BCA :5530289950 atas nama Yayasan Marhamah Jakarta
Bank MANDIRI :    006 0097045920    atas nama Yayasan Marhamah Jakarta
Bank MUAMALAT : 0000 749723 atas nama Yayasan Marhamah Jakarta
Bank BRI 0340 01 000257308   atas nama Yayasasn Marhamah
Jika Anda Ingin Konfirmasi Silahkan SMS ke 081514138265 ,    021 8195809             (Suriadi Rasyid )
Atau E-mail Yayasanmarhamah@yahoo.com

MULAI DARI DIRI SENDIRI

Perbaikan yang di mulai dari diri-sendiri

Melihat kondisi keumatan kita dewasa ini banyak orang beranggapan bahwa sekarang ini adalah masa yang sangat kacau. Inilah titik puncak dari kerusakan umat. Menurut mereka, sekaranglah zaman seperti yang sering disebut-sebut sebagai zaman edan. Orang sudah demikian tidak peduli dengan nilai-nilai moral. Ini tampak pada statistik kejahatan yang justru menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Derajat kemanusiaan pun sudah tidak dihormati lagi. Orang dengan demikian enaknya merampok kemudian membunuh pemiliknya, bahkan anak kecil anggota keluarga pemilik harta tersebut. Sesuatu yang  sangat biadab pun, yang tampaknya tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang terdahlulu, dilakukan oleh manusia sekarang. Nilai-nilai moral sudah menjadi sesuatu yang tidak ada maknanya lagi. Orang sudah tanpa malu-malu korupsi, menggelapkan harta yang bukan haknya kemudian, setelah lama baru terbongkar, ia dengan enaknya pula mengembalikannya juga tanpa rasa malu-malu. Pokoknya sekarang lah zaman itu. Zaman edan, zaman yang penuh kerusakan.

Kita pun tampaknya mesti setuju dengan pendapat ini, bahwa sekarang zaman sudah sedemikian rusak. Tentunya untuk mengambil kesimpulan seperti ini kita mesti mendasarkan pendapat pada suatu standar yang baku, yang kuat. Tidak lain yang mesti kita jadikan standar adalah Al Qur’an. Kita katakan zaman sudah rusak karena banyak kejadian yang berlaku yang justru bertentangan dengan nilai-nilai Qur’ani. Contoh kecil, orang sudah demikian tanpa malu-malu meninggalkan perintah sholat misalnya, dan orang yang di dekatnya tidak menegur, tidak menasihati gara-gara beranggapan bahwa itu kan hak pribadi. Jelas ini bertentangan dengan wa tawashau bil haq, saling nasihat-menasihati dalam kebaikan. Atau banyak orang yang berpidato, ke sana kemari berbicara kebaikan, mengusung nilai-nilai moral sementara dia sendiri adalah pelanggar nilai-nilai moral. Jelas ini bertentangan dengan nilai Qur’ani yang mengatakan bahwa Allah sangat besar murkanya terhadap orang yang hanya berkata sesuatu yang tidak dikerjakannya. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (QS. As Shaf [61]:3). Dan banyak lagi hal yang berlaku yang bertentangan dengan nilai Qur’ani. Inilah yang bisa mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa zaman sekarang sudah rusak.

Akan tetapi tidak berhenti di situ saja. Sebagai umat yang hanif, yang selalu condong ke kebaikan dan perbaikan, kita tidak sepantasnya hanya menjadi penonton, menyesali keadaan sekarang yang rusak ini. Islam menganjurkan kepada umatnya untuk menjadi pembaharu, agen perbaikan, orang yang saleh dan muslih, orang yang baik dan mengajak ke arah kebaikan. Bahkan tidak kurang empat puluh kali Allah SWT mengulang tentang kewajiban berbuat baik ini. Di antaranya, ‘berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashash [28]:77).’ Dan kewajiban berbuat baik ini, melakukan perbuatan ke arah perbaikan ini merupakan kewajiban individu yang seperti judul renungan kita hari ini, mesti kita mulai dari diri kita sendiri.

Mestinya sekarang kita bertanya kepada diri sendiri. apakah kebaikan yang sudah saya lakukan hari ini? Apakah usaha saya untuk memperbaiki kondisi ini? Adakah perilaku hidup saya termasuk dalam kategori kerusakan? Kalau ada, saya mesti menghentikannya agar saya tidak menjadi penyumbang terhadap kerusakan yang lebih parah. Inilah beberapa pertanyaan yang bisa kita ajukan kepada diri sendiri.

Marilah kita awali hari in dengan sesuatu yang lebih baik, meminjam pernyataan Aa’ Agim, mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang dan mulai dari yang hal-hal biasa – biasa kita yakini akan ada perubahan mendasar.

kunjungi juga web kami:
http://web.marhamah.com
Bagi Anda yang berminat silahkan salurkan sedekah Anda untuk Program kembali ke sekolah  melalui :
Bank BCA             :5530289950 atas nama Yayasan Marhamah Jakarta
Bank MANDIRI     :    006 0097045920    atas nama Yayasan Marhamah Jakarta
Bank MUAMALAT : 0000 749723 atas nama Yayasan Marhamah Jakarta
Bank BRI              : 0340 01 000257308   atas nama Yayasasn Marhamah
Jika Anda Ingin Konfirmasi Silahkan SMS ke 081514138265 ,    021 8195809             (Suriadi Rasyid )
Atau E-mail          : yayasanmarhamah@yahoo.com


Suriadi Rasyid
Pimpinan

FOTO




































MANFAAT SHALAT MALAM

MANFAAT SHALAT MALAM
Tahajjud Bisa Mengatasi KankerSebuah penelitian ilmiah membuktikan, shalat tahajjud membebaskan seseorang daripelbagai penyakit.

Berbahagialah Anda yang rajin shalat tahajjud. Di satu sisi pundi-pundi pahala Anda kian bertambah, di sisi lain, Anda pun bisa memetik keuntungan jasmaniah. Insya Allah, Anda bakal terhindar dari pelbagai penyakit .Itu bukan ungkapan teoritis semata, melainkan sudah diuji dan dibuktikan melalui penelitian ilmiah. Penelitinya dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Mohammad Sholeh, dalam usahanya meraih gelar doktor. Sholeh melakukan penelitian terhadap para siswa SMU Lukmanul Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya yang secara rutin memang menunaikan shalat tahajjud.


KetenanganShalat tahajjud yang dilakukan di penghujung malam yang sunyi, kata Sholeh, bisa mendatangkan Ketenangan. Sementara ketenangan itu sendiri terbukti mampu meningkatkan ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko terkena penyakit jantung dan meningkatkan usia harapan hidup.

Sebaliknya, bentuk-bentuk tekanan mental seperti Stres maupun Depresi membuat seseorang rentan terhadap berbagai penyakit, infeksi dan mempercepat perkembangan sel kanker serta meningkatkan metastasis (penyebaran sel kanker). Tekanan mental itu sendiri terjadi akibat gangguan irama sirkadian (siklus bioritmik manusia) yang ditandai dengan peningkatan Hormon Kortisol. Perlu diketahui, Hormon Kortisol ini biasa dipakai sebagai tolok ukur untuk mengetahui kondisi seseorang apakah jiwanya tengah terserang stres, depresi atau tidak.Untungnya, kata Sholeh, Stres Bisa Dikelola. Dan pengelolaan itu bisa dilakukan dengan cara edukatif atau dengan cara Teknis Relaksasi atau Perenungan/Tafakur dan umpan balik hayati (bio feed back). "Nah, shalat tahajjud mengandung aspek meditasi dan relaksasi sehingga dapat digunakan sebagai coping mechanism atau pereda stres yang akan meningkatkan ketahanan tubuh seseorang secara natural", jelas Sholeh dalam disertasinya berjudul Pengaruh Shalat Tahajjud Terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imunologik.


Tahajjud harus secara Ikhlas & Kontinyu Namun pada saat yang sama, shalat tahajjud pun Bisa Mendatangkan Stres, terutama bila Tidak Dilaksanakan Secara Ikhlas dan Kontinyu. "Jika tidak dilaksanakan dengan ikhlas, bakal terjadi kegagalan dalam menjaga homeostasis atau daya adaptasi terhadap perubahan pola irama pertumbuhan sel yang normal, tetapi jika dijalankan dengan ikhlas dan kontinyu akan sebaliknya", katanya kepada Republika.Dengan begitu, keikhlasan dalam menjalankan shalat tahajjud menjadi sangat penting.Selama ini banyak kiai, dan intelektual berpendapat bahwa ikhlas adalah persoalan mental-psikis. Artinya, hanya Allah swt yang mengetahui dan mustahil dapat dibuktikan secara ilmiah. Namun lewat penelitiannya, Sholeh berpendapat lain.

Ia yakin, secara medis, ikhlas yang dipandang sebagai sesuatu yang misteri itu bisa dibuktikan secara kuantitatif melalui indikator sekresi hormon kortisol. "Keikhlasan Anda dalam shalat tahajjud dapat dimonitor lewat irama sirkadian, terutama pada sekresi hormon kortisolnya", kata pria yang meraih gelar doktor pada bidang psikoneoroimunologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini.

Dijelaskan Sholeh, jika ada seseorang yang merasakan sakit setelah menjalankan shalat tahajjud, besar kemungkinan itu berkaitan dengan niat yang tidak ikhlas, sehingga gagal terhadap perubahan irama sirkadian tersebut. Gangguan adaptasi itu tercermin pada sekresi kortisol dalam serum darah yang seharusnya menurun pada malam hari. Apabila sekresi kortisol tetap tinggi, maka produksi respon imunologik akan menurun sehingga berakibat munculnya gangguan kesehatan pada tubuh seseorang. Sedangkan sekresi kortisol menurun, maka indikasinya adalah terjadinyaproduksi respon imunologik yang meningkat pada tubuh seseorang. Niat yang tidak ikhlas, kata Sholeh, akan menimbulkan Kekecewaan, Persepsi Negatif, dan Rasa Tertekan. Perasaan negatif dan tertekan itu menjadikan seseorang rentan terhadap serangan stres.Dalam kondisi stres yang berkepanjangan yang ditandai dengan tingginya sekresi kortisol, maka hormon kortisol itu akan bertindak sebagai imunosupresif yang menekan proliferasi limfosit yang akan mengakibatkan imunoglobulin tidak terinduksi. Karena imunoglobulin tidak terinduksi maka sistem daya tahan tubuh akan menurun sehingga rentan terkena infeksi dan kanker.

Kanker, seperti diketahui, adalah pertumbuhan sel yang tidak normal. "Nah, kalau melaksanakan shalat tahajjud dengan ikhlas dan kontinyu akan dapat merangsang pertumbuhan sel secara normal sehingga membebaskan pengamal shalat tahajjud dari berbagai penyakit dan kanker (tumor ganas)," kata alumni Pesantren Lirboyo Kediri Jatim ini. Menurutnya, shalat tahajjud yang dijalankan dengan tepat, kontinyu, khusuk, dan ikhlas dapat menimbulkan persepsi dan motivasi positif sehingga menumbuhkan coping mechanism yang efektif.Sholeh menjelaskan, respon emosional yang positif atau coping mechanism dari pengaruh shalat tahajjud ini berjalan mengalir dalam tubuh dan diterima oleh batang otak. Setelah diformat dengan bahasa otak, kemudian ditrasmisikan ke salah satu bagian otak besar yakni Talamus. Kemudian, Talamus menghubungi Hipokampus (pusat memori yang vital untuk mengkoordinasikan segala hal yang diserap indera) untuk mensekresi GABA yang bertugas sebagai pengontrol respon emosi, dan menghambat Acetylcholine, serotonis dan neurotransmiter yang lain yang memproduksi sekresi kortisol.Selain itu, Talamus juga mengontak prefrontal kiri-kanan dengan mensekresi dopanin dan menghambat sekresi seretonin dan norepinefrin. Setelah terjadi kontak timbal balik antara Talamus-Hipokampus-Amigdala-Prefrontal kiri-kanan, maka Talamus mengontak ke Hipotalamus untuk mengendalikan sekresi kortisolAntara Jurnalistik dan Management Komunikasi.

kunjungi juga web kami:
http://web.marhamah.com/

Bagi Anda yang berminat silahkan salurkan sedekah Anda untuk Program kembali kesekolah  melalui :

Bank BCA :
5530289950 atas nama Yayasan Marhamah Jakarta

Bank MANDIRI :
 006 0097045920         atas nama Yayasan Marhamah Jakarta

Bank MUAMALAT :
0000 749723 atas nama Yayasan Marhamah Jakarta

Bank BRI
0340 01 000257308   atas nama Yayasasn Marhamah

Jika Anda Ingin Konfirmasi Silahkan SMS ke 081514138265 ,            021 8195809       (Suriadi Rasyid )
Atau emil Yayasanmarhamah@yahoo.com


Suriadi Rasyid
Pimpinan

 

INDAHNYA PERSAHABATAN

Indahnya sebuah persahabatan
Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.
Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.
Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egois.
Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.
Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang  mementingkan diri sendiri.
Bersahabat dengan anak - anak marhamah menjanjikan kebahagian yang tak kan bertepi, kebahagian yang tidak  terbatasi oleh ruang dan waktu, bahagia tampa batas,  menuju pencarian Kebahagian  yang hakiki
wujudkan persahabatan saudara-saudara dengan peduli terhadap mereka melalui donasi rutin di Yayasan Marhamah

 Silahkan wujudkan persahabatn  anda melalui Yayasan Marhamah
Jl. Cipinang Cempedak I No. 11 Polonia Jakarta Timur
Telpon 021 8195809
Faximle 021 85905202
Emil : yayasanmarhamah@yahoo.com
Rekening
Bca Cab. Otista , No.5530289950
Bank Mandiri Cab. DI Panjaitan No.0060097045920
BRI Cab. Otista , No. 0340-01-000025730-8
A/n. YAYASAN MARHAMAH Jakarta

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More